Jurnal Inovasi Proses https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP <p><strong>Jurnal Inovasi Proses</strong> merupakan Jurnal Nasional <strong>Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta</strong> yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.</p> <p><strong>Penerbitan</strong> Jurnal Inovasi Proses dilaksakan setiap bulan <strong>Maret</strong> dan <strong>November </strong>dengan <strong>e-ISSN : 2338-6452</strong> oleh Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains &amp; Teknologi AKPRIND Yogyakarta.</p> JURNAL INOVASI PROSES en-US Jurnal Inovasi Proses 2338-6452 PENGARUH VOLUME ZAT ADITIF DAN WAKTU PENGADUKAN PADA PEMBUATAN CAT TEMBOK BERAROMA DARI BUAH JERUK https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4444 <p>Cat merupakan suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan tersebut. Kompoen penyusun cat adalah pigmen, <em>binder, </em>pelarut, dan zat aditif. Cat biasanya menggunakan perekat polimer. Cat dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenis substratnya yaitu cat besi, cat kayu, cat tembok dan lain-lain. Saat ini cat tembok &nbsp;yang diproduksi oleh industri cat merupakan&nbsp; campuran bahan dasar dari pelarut zat kimia dan juga pewarna dari pigmen zat kimia, sehingga mengeluarkan bau yang menyengat&nbsp; saat&nbsp; pengecatan. Pada umumnya aroma cat senantiasa sama dan serupa, untuk itu pada penelitian ini dilakukankan inovasi untuk membuat salah satu cat tembok yang &nbsp;beraroma dari buah jeruk.</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pewangi (zat additif) &nbsp;dengan volume (1, 1.5, 2, 2.5, 3) mL dan waktu pengadukan (10, 15, 20, 25, 30) menit&nbsp; pada 1200 rpm. Untuk mengetahui komposisi bahan penyusun pembuatan cat tembok yang tepat agar diperoleh cat dengan kualitas yang sesuai standar SNI.&nbsp; Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa menentukan volume zat aditif (pewangi) yang tepat terhadap kualitas cat tembok yang&nbsp; dapat memenuhi standar SNI adalah 2 mL. Kondisi optimum dalam kecepatan pengadukan didapatkan pada waktu 25 menit.</p> Abdul Kadir Jailani Bambang Kusmartono Copyright (c) 2023 Abdul Kadir Jailani, Bambang Kusmartono https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2023-03-30 2023-03-30 8 1 1 6 10.34151/jip.v8i1.4444 OPTIMASI EKSTRAKSI OLEORESIN RIMPANG JAHE MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL DENGAN METODE GOLDEN SECTION https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4445 <p>Jahe adalah salah satu tanaman rempah yang digunakan sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Selama penyimpanan, jahe dapat mengalami pengeriputan, perkecambahan, dan pencemaran oleh berbagai mikroba. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka jahe diolah dalam bentuk oleoresin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konstanta kesetimbangan ekstraksi oleoresin jahe serta mempeajari pengaruh konsentrasi <em>solvent</em> dan waktu ekstraksi terhadap nilai koefisien transfer massa.</p> <p>Dalam penelitian ini, oleoresin jahe dibuat dari jahe emprit dengan ekstraksi <em>solvent</em> organik. Variabel yang diteliti adalah variasi konsentrasi <em>solvent</em> (50, 60, 70, 80, dan 90%) dan waktu ekstraksi (110, 125, 140, 155 dan 170 menit). <em>Solvent</em> yang digunakan adalah etanol, dan waktu ekstraksinya divariasi selama berkisar 170 menit. Jahe kering yang telah dihaluskan kemudian diayak dengan ukuran tertentu diekstraksi dengan 450 ml etanol pada labu leher tiga selama 155 menit. Setiap 15 menit atau 1 siklusnya diambil sampel untuk dianalisa kadar minyaknya dengan cara penimbangan. Data-data konsentrasi <em>solut </em>dalam <em>solvent</em> dari penelitian diolah lebih lanjut untuk mendapatkan nilai K<sub>c. </sub></p> <p>Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah harga Kc naik sebanding dengan kenaikan konsentrasi <em>solvent</em> dan akan turun sebanding dengan lama waktu ekstraksi. Dengan metode <em>golden section</em> didapat optimasi ekstraksi oleoresin berdasar waktu 86,4676 menit, ukuran serbuk 43,2638 <em>mesh</em>, jumlah siklus 8,2003 siklus dan menggunakan <em>solven</em>t etanol.</p> Amiluhur Fahri Husein Sri Rahayu Gusmarwani Copyright (c) 2023 Andis Utomo, Ganjar Andaka https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2023-03-30 2023-03-30 8 1 7 11 10.34151/jip.v8i1.4445 PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI PADA PENGAMBILAN ZAT TANIN DARI KULIT BUAH PISANG MASAK (MUSA PARADISIACA L. ) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4446 <p>Tanaman pisang merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain memiliki tampilan buah yang menarik, kulit buah pisang mengandung senyawa tanin sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman. Misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat. Pada saat ini penggunaan zat tanin semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri penyamakan kulit, khususnya jenis penyamak sintetis. Maka dari itu diperlukan penyamak alami pengganti penyamak sintetis. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti penyamak sintetis adalah tanin dari kulit buah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat tanin dari kulit buah pisang dan jumlah tanin yang dapat terambil. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% dengan suhu ekstraksi yang divariasikan (50°C, 55°C, 60°C, 65°C, dan 70°C) dan waktu ekstraksi yang divariasikan (30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit) pada bahan baku kulit buah pisang 20 gram dengan volume pelarut 200 mL. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi suhu ekstraksi 60°C dan waktu ekstraksi 90 menit dengan jumlah tanin terekstrak sebesar . Diharapkan dari hasil penelitian ini zat tanin dari kulit buah pisang dapat dimanfaatkan sebagai penyamak alami pengganti penyamak sintetis.</p> Andis Utomo Ganjar Andaka Copyright (c) 2023 Andis Utomo, Ganjar Andaka https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2023-03-30 2023-03-30 8 1 12 16 10.34151/jip.v8i1.4446 EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR LIMBAH KERUPUK KULIT MENGGUNAKAN METODDE BIOFILTER ANAEROB DALAM MENURUNKAN BOD5, COD DAN TSS https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4447 <p>Air limbah kerupuk kulit (krecek) mengandung polutan organik yang tinggi, memiliki karakteristik warna coklat keputih-putihan, berbau cukup menyengat, suhu 25°C, pH 6 dan permukaan air limbah kerupuk kulit terlihat minyak yang cukup tebal.</p> <p>Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas air limbah kerupuk kulit dengan membuat reaktor biofilter anaerob dengan media bioball dalam menurunkan kadar BOD<sub>5, </sub>COD serta TSS. Air limbah kerupuk kulit dialirkan ke dalam reaktor biofilter anaerob untuk menentukan efektivitas waktu tinggal dalam menurunkan kadar BOD<sub>5</sub>, COD serta TSS dengan variasi waktu tinggal yaitu 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam.</p> <p>Hasil pemeriksaan sampling limbah cair kerupuk kulit, untuk BOD5 5.680 mg/L, untuk COD 25.557 mg/L, dan untuk TSS 593 mg/L Variasi waktu tinggal yang dilakukan sampai dengan waktu tinggal 96 jam, didapatkan hasil efisiensi penurunan tertinggi pada waktu tinggal 96 jam, untuk BOD5 yaitu 642mg/L sebesar 88,7%, untuk COD yaitu 2542,2mg/L sebesar 90,05%, dan untuk TSS yaitu 41mg/L sebesar 93,1%.</p> Igo Wijanarko Hadi Prasetyo Suseno Sri Sunarsih Copyright (c) 2023 Igo Wijanarko, Hadi Prasetyo Suseno, Sri Sunarsih https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2023-03-30 2023-03-30 8 1 17 23 10.34151/jip.v8i1.4447 PEMBUATAN PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI PISANG KLUTUK DAN SERAT PANDAN DURI https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4448 <p>Plastik merupakan senyawa sintesis yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan, mulai dari keperluan rumah tangga hingga industri. Namun, terlepas dari sifatnya yang unggul, plastik konvensional memiliki beberapa kelemahan, mulai dari keamanan produk untuk kesehatan sampai masalah limbah plastik. Salah satunya dengan menggantikan penggunaan plastik konvensional&nbsp; dengan plastik <em>biodegradable. </em>Plastik <em>biodegradable </em>dapat dibuat dari produk pertanian seperti sellulosa dan pati. Sebelumnya, plastik <em>biodegradable</em> telah dibuat dari berbagai sumber yang berbeda namun kekuatan plastik yang dihasilkan masih kurang. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik <em>biodegradable</em>.</p> <p>Plastik <em>biodegradable</em> dalam penelitian ini dibuat dari pati pisang klutuk dengan serat pandan duri. Penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel waktu proses dan penambahan volume gliserin. Tahapan dalam proses pembuatannya meliputi preparasi bahan (pembuatan pati pisang klutuk, dan pengambilan serat pandan duri), pembuatan plastik (pencampuran, pemanasan bahan, pencetakan, serta pengeringan), uji mekanik berupa kuat tarik (<em>tensile strength)</em> dan kemuluran (<em>elongation),</em> serta uji biodegradasi dengan bakteri EM4.</p> <p>Berdasarkan &nbsp;hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan suhu proses 90°C, kecepatan pengadukan 500 rpm, 100 mL asam asetat 0,5%, diperoleh kondisi optimal dengan menggunakan waktu 90 menit dan volume gliserin 5 mL. Dengan kondisi tersebut diperoleh plastik dengan kuat tarik sebesar 4,4327 MPa. Plastik <em>biodegradable </em>dari pisang klutuk dan serat pandan duri dapat terdegradasi dengan bantuan bakteri <em>EM4</em> selama 10 hari, sehingga plastik <em>biodegradable</em> pisang klutuk adalah plastik yang ramah lingkungan.</p> Berkat Ifataro Hareva Sumarni Sumarni Ani Purwanti Copyright (c) 2023 Berkat Ifataro Hareva, Sumarni, Ani Purwanti https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2023-03-30 2023-03-30 8 1 24 30 10.34151/jip.v8i1.4448 PENGARUH RASIO MOLAR ALKYD RESIN BERBASIS PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD) TERHADAP KARAKTERISTIK MATERIAL https://journal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/4451 <p><em>Alkyd resin</em> merupakan produk polimer yang banyak digunakan dalam industri cat, <em>coating, </em>dan pembuatan film. Hal ini dikarenakan keunggulan sifat – sifatnya sebagai <em>surface coating</em> yang meliputi fleksibilitas, kekuatan dan durabilitas, serta sifat adhesi yang baik. Penelitian ini membuat alkyd resin berbasis <em>palm fatty acid distillate</em> (PFAD) dan urea formaldehide terbutilasi dengan variasi rasio molar butanol 0,5-3 mgrek/mgrek. Hasil analisa sisa gugus hidroksil dari masing – masing variasi yaitu 2,990 -&nbsp; 25,295 mgrek/g sampel. Semakin banyak rasio mol butanol maka semakin sulit untuk menjadi polimer. Alkyd resin kemudian direaksikan dengan urea formaldehide terbutilasi dengan menggunakan katalis asam oksalat dan tanpa menggunakan katalis. Hasil uji kepadatan yang didapat yaitu pada variasi perbandingan urea formaldehide terbutilasi 1:0,5 dan 1:1 dengan perbandingan alkyd resin dan urea formaldehide terbutilasi 1:1 dan 1:2 dengan katalis. Hasil yang didapatkan pada perbandingan urea formaldehide terbutilasi 1:0,5 dengan perbandingan alkyd resin 2:1 %massa yaitu terjadi curing time pada 1,67 jam dan&nbsp; 1:1 %massa hasil curing time sebesar 4,83 jam. Sedangkan untuk perbandingan urea formaldehide terbutilasi 1:1 direaksikan dengan alkyd resin perbandingan 2:1 %massa didapatkan hasil curing time sebesar 6,43 jam dan 1:1 %massa sebesar 9,41 jam. Semakin banyak urea formaldehide yang digunakan dan menggunakan katalis untuk membuat bahan pelapis semakin cepat curing timenya.</p> Mukasi Wahyu Kurniawati Copyright (c) 2023 2023-03-30 2023-03-30 8 1 31 33 10.34151/jip.v8i1.4451